" Aku tidak membunuh ayah " ucap fath, sebuah kalimat mengawali pembicaraan sore itu. Brian diam menyesap tehnya sebelum dingin. Tak biasanya Fath mau buka suara mengenai hal pribadi apalagi mengenai masa lalunya. Ini pasti persoalan yang sangat serius, maka Brian memutuskan untuk diam mendengarkan. Wajah fath yang biasanya ceria itu, terusik awan mendung.
" Ibu memarahiku semalam " ucap Fath lagi. Brian menyimpan tehnya, mereka berdua saling tahu jika Ibu mereka sudah meninggal, namun jika Ibu bisa memarahi Fath, ada 2 kemungkinan yang pasti, Fath sedang mengigau atau Fath dimarahi lewat mimpi, Ibu tidak mungkin bangkit dari kubur hanya untuk memarahi Fath.
" Ibu? " Brian menatap Fath dengan wajah datarnya. Brian bukan pengidap parkinson, namun wajah datarnya memang karunia Tuhan yang patut disyukuri.
" Ya, ibu memarahiku "
" kenapa? "
" Ibu bilang aku membunuh ayah " fath menghela nafas berat, menunduk lalu menyusupkan wajahnya diantara tangannya yang menyilang diatas meja. " aku tidak membunuh ayah " ucapnya lirih.
Brian menatap Fath, dalam datar wajahnya dia tau Fath menyembunyikan tangis di sana. " Apa yang sebenarnya terjadi? "
" Ayah memukulku.. Dia memaksaku melakukannya "
Brian diam, menunggu Fath melanjutkan ceritanya, namun Fath bungkam, ikut pelit mengeluarkan suara. " Memaksa? "
" Dia terus memukulku, dia mabuk. Aku bisa mencium bau alkohol bercampur nikotin. Dan dia terus saja memaksaku "
" ??? " Brian diam tidak mengerti. Meskipun mereka kembar, mereka terpisah sejak lahir, dan baru bertemu setelah berusia tujuh belas tahun enam bulan sepuluh hari. Brian belum pernah melihat ibunya, apalagi tahu ceritanya.
" Tapi meskipun dia jahat, Ibu selalu saja membelanya. Ibu sangat mencintainya, melebihi cintanya padaku "
Brian mengangguk tanda mendengarkan. Fath memperbaiki posisi duduknya, lalu menatap brian dengan matanya yang sedikit merah. Fath mati-matian menahan tangis.
" Ibu seorang model, dia sangat cantik. Makanya aku tampan "
Brian hampir tersedak. Namun dalam hati sedikit bersyukur adiknya belum kehilangan sisi allay, itu berarti Fath masih dalam level agak baik-baik saja.
" Ibu sedang melakukan tour saat itu. Seminggu ayah mengurungku dalam gudang bawah tanah. Ayah terus saja memaksaku. Lalu aku tidak tahan lagi.. Kami sedikit berkelahi. Ibu datang melerai.. Namun.. " Fath diam mengangkat tangan membentuk sebuah pistol dan mengarahkannya ke dada Brian " Dor "
Brian mengepal tangan, dadanya mendadak sesak. Tidak, Brian tidak sedang ditembak Fath, tapi rasanya sesak. Gambaran kematian Ibunya terlihat sangat jelas, terlalu jelas sampai Brian memejamkan mata untuk menahannya.
" Ibu! Ibu! Aku teriak sambil menggoncangkan bahu Ibu. Sayu Ibu menatapku dan tersenyum, senyum yang sangat cantik namun menyakitkan. " Fath terlihat frustasi " Lalu ibu berkata Maafkan ayah....... " Fath menghela nafas, meminum coklat panas yang kini lebih pantas disebut coklat dingin.
Brian diam menunggu lanjutan cerita Fath, beribu pertanyaan muncul di benaknya namun Brian menahannya.
" Ayah menodongkan pistolnya ke kepalaku. Sungguh aku membenci pistol sejak saat itu " Fath menyimpan coklatnya yang sudah tandas. " Aku takut mati, aku belum mau mati. " Fath menghela nafas dalam-dalam " lalu aku merebut pistolnya "
" Kau menembaknya? "
" Ya, aku menembaknya. Hehehe " fath tertawa kecil tanpa dosa. Brian menelan ludah, sesaat dia tidak mengenali Fath yang nyata-nyata adik kembarnya.
" Aku menembak dada kanannya. Dia tidak mati " sambung Fath.Tangannya meraih teh milik brian yang juga sudah dingin lalu meminumnya.
Brian mengangguk tanda mengerti " Lalu? "
" Entahlah, aku terbangun di rumah sakit "
Brian mengangguk lagi, dalam analisisnya ada kemiungkinan Fath tidak sadarkan diri setelahnya dan ditolong oleh warga sekitar atau polisi yang lalu membawanya ke rumah sakit.
" Aku masuk penjara anak dibawah umur setelahnya. Dalam kasus pembunuhan. Ayah... Mengadukanku " Fath menatap Brian, meminta dukungan di sana sembari meremas tangan dingin Brian. " Aku tidak membunuh ayah kan? "
Brian tidak berkomentar dan hanya memandang mata Fath, kata pepatah, mata tidak bisa berbohong? Ada sesuatu di sana, sesuatu yang disembunyikan Fath. Sore itu Brian tidak ingin berkomentar apapun, atau bertanya apapun. Meski dalam benaknya ada jutaan pertanyaan dan jutaan hipotesa. Mana mungkin Fath seketakutan ini dimarahi Ibu melalui mimpi jika tidak ada yang salah? Sekali lagi Brian memilih diam dari pada melontarkan sebuah kalimat yang lebih kearah tuduhan - kau menembak di jantungnya kan Fath? -
" Tapi kenapa Ibu bisa marah sekali padaku... " Fath berucap lirih.
Brian bangkit sambil menarik tangan fath seperti menarik tangan anak kecil " Happilicious Choco sepuasnya, bagaimana? "
Fath menggeleng, Fath menolak Happilicious Choco makanan yang sangat disukainya melebihi cintanya pada harga diri? Brian harus memakai mantel paling tebal dan Payung takut-takut akan ada badai salju atau hujan deras setelah ini.
" Aku ingin....... Satu buket bunga mawar putih.. Ke tolousee....mengunjungi Ibu "
0 komentar:
Post a Comment
saran dan komentarmu sangat membantu untuk membuat blog ini makin baik dan berisi^^